Pengertian Agregat
Agregat adalah batu pecah,
kerikil, pasir atau komposisi material lainnya baik yang merupakan hasil alam
maupun hasil pengolahan, penyaringan, atau hasil pecahan mesin stone crusher yang merupakan bahan utama
konstruksi lapis perkerasan jalan dalam mendukung kekuatan.
Agregat berpengaruh terhadap
kemampuan perkerasan jalan dalam memikul beban lalu lintas dan daya tahan
terhadap cuaca. Agregat juga berfungsi menahan abrasi dan meneruskan beban roda
ke lapisan pondasi. Sifat agregat yang menentukan kualitas sebagai material
perkerasan jalan adalah :
a. ukuran dan susunan butiran
(gradasi),
b. kebersihan agregat tehadap
material lain yang tidak menguntungkan
c. kekerasan agregat
d. keawetan dan ketahanan agregat
e. bentuk butir, tekstur
permukaan dan porositas
f. kelekatan terhadap aspal.
(Silvia Sukirman, 2003)
Gradasi agregat
Gradasi adalah susunan butir agregat
sesuai ukurannya. Ukuran butir agregat dapat diperoleh melalui pemeriksaan
analisis saringan. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisis pemeriksaan
dengan menggunakan satu set saringan yang umumnya terdiri dari saringan
berukuran 4”, 3 ½”, 3”, 2 ½”, 2”, 1 ½”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”, No.4, No.8, No.16,
No.30, No.50, No.100 dan No.200.
Gradasi agregat dinyatakan dalam
prosentase lolos atau prosentase tertahan, yang dihitung berdasarkan berat agregat.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butiran yang akan menentukan
stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan. Jika agregat campuran
terdiri dari agregat berukuran sama akan berongga atau berpori banyak karena
tidak terdapat agregat berukuran kecil yang dapat mengisi rongga. Sebaliknya
jika campuran agregat terdistribusi dari agregat berukuran besar sampai kecil
secara merata, maka rongga atau pori yang terjadi sedikit. Hal ini disebabkan
karena rongga yang terbentuk oleh susunan agregat berukuran besar, akan diisi
oleh agregat berukuran lebih kecil.
Distribusi butiran – butiran
agregat dengan ukuran tertentu yang dimiliki oleh suatu campuran menentukan
jenis gradasi agregat. Gradasi agregat dapat dikelompokkan menjadi :
1. Agregat bergradasi baik
Agregat bergradasi baik disebut
pula agregat bergradasi rapat. Campuran agregat bergradasi baik mempunyai pori
sedikit, mudah dipadatkan dan mempunyai stabilitas yang tinggi. Tingkat
stablitas ditentukan dari ukuran butiran agregat terbesar yang ada. Berdasarkan
ukuran butiran agregat
yang dominan menyusun campuran
agregat, maka agregat bergradasi baik dapat dibedakan atas :
a. Agregat bergradasi kasar
adalah agregat bergradasi baik yang mempunyai susunan ukuran menerus dari kasar
sampai dengan halus, tetapi dominan berukuran agregat kasar.
b. Agregat bergradasi halus
adalah agregat bergradasi baik yang mempunyai susunan ukuran menerus dari kasar
sampai dengan halus, tetapi dominan berukuran agregat halus.
Agregat bergradasi baik atau
buruk dapat diperiksa dengan menggunakan
Rumus Fuller,
P = 100 ( d/D )*0,45
Dengan :
P = persen lolos saringan dengan
bukaan saringan d mm
d = ukuran agregat yang
diperiksa, mm
D = ukuran maksimum agregat yang
terdapat dalam campuran, mm
2. Agregat bergradasi buruk
Agregat bergradasi buruk tidak
memenuhi persyaratan gradasi baik. Macam – macam gradasi agregat yang dapat
dikelompokkan kedalam agregat bergradasi buruk adalah :
a. Agregat bergradasi seragam,
terdiri dari butiran – butiran agregat yang berukuran sama. Campuran agregat
ini mempunyai pori antar butiran yang cukup besar, sehingga sering dinamakan
juga agregat
bergradasi terbuka.
b. Agregat bergradasi terbuka,
adalah agregat yang distribusi ukuran butirnya sedemikian rupa sehingga pori –
porinya tidak terisi dengan baik.
c. Agregat bergradasi senjang
adalah agregat yang distribusi ukuran butirnya tidak menerus, atau ada bagian
ukuran yang tidak ada, jika ada hanya sedikit sekali.
(Silvia Sukirman, 2003)
Masing – masing fraksi agregat
terlebih dahulu harus diperiksa gradasinya yang selanjutnya digabungkan menurut
perbandingan sehingga menghasilkan agregat campuran. Agregat campuran adalah
agregat hasil pencampuran secara proporsional fraksi agregat A, fraksi agregat
B, dan fraksi agregat C. Proporsi dari masing – masing fraksi agregat dirancang
secara proporsional sehingga diperoleh gradasi agregat yang diinginkan.
Perencanaan campuran diperlukan
untuk mendapatkan gradasi campuran sesuai spesifikasi campuran. Batasan gradasi
agregat disebut juga spesifikasi gradasi agregat campuran, yaitu nilai rentang
gradasi agregat campuran yang diperbolehkan terjadi di lapangan. Gradasi tengah
adalah gradasi agregat yang merupakan nilai tengah dari rentang gradasi agregat
yang diberikan dalam spesifikasi. Gradasi tengah ini yang seringkali disebut
sebagai gradasi ideal dari spesifikasi campuran.
Untuk mendapatkan gradasi agregat
campuran dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain dengan metode trial
and error, metode analitis dan metode grafis. Namun pada praktek di lapangan
umumnya digunakan metode trial and error.
Daya Tahan Agregat
Daya tahan agregat merupakan
ketahanan agregat terhadap adanya penurunan mutu akibat proses mekanis dan
kimiawi. Agregat dapat mengalami degradasi, yaitu perubahan degradasi akibat
pecahnya butiran – butiran agregat.
Kehancuran agregat dapat
disebabkan oleh proses mekanis, seperti gaya – gaya yang terjadi selama proses
pelaksanaan perkerasan jalan (penimbunan, penghamparan, pemadatan), pelayanan
terhadap beban lalu lintas dan proses kimiawi, seperti pengaruh kelembaban,
kepanasan dan perubahan suhu sepanjang hari.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
tingkat degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis agregat, gradasi
campuran, ukuran partikel, bentuk agregat dan besarnya energi yang dialami oleh
agregat tersebut.
Daya tahan agregat terhadap beban
mekanis diperiksa dengan melakukan pengujian abrasi menggunakan alat abrasi Los
Angeles sesuai dengan AASHTO T96 – 87 atau SNI–03–2417–1991. Gaya mekanis pada
pemeriksaan dengan alat abrasi Los Angeles diperoleh dari bola – bola baja yang
dimasukkan bersama dengan agregat yang hendak diuji.
Bentuk Butiran dan Tekstur Permukaan
Bentuk butiran dan tekstur
permukaan mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang dibentuk agregat
tersebut. Adapun partikel agregat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk :
a. Bulat (Rounded)
Agregat yang dijumpai di sungai
pada umumnya telah mengalami pengikisan oleh air sehingga umumnya berbentuk
bulat. Parikel agregat bulat saling bersentuhan dengan luas bidang kontak kecil
sehingga menghasilkan interlocking yang lebih kecil dan lebih mudah
tergelincir.
b. Lojong (Elongated)
Partikel agregat bentuk lonjong
dapat ditemui di sungai – sungai atau bekas endapan sungai. Agregat dikatakan
lonjong jika ukuran terpanjangnya > 1,8 kali diameter rata – rata. Indeks
kelonjongan (elongated index) adalah perbandingan dalan persen dari berat
agregat lonjong terhadap berat total. Sifat interlockingnya hampir sama dengan yang
berbentuk bulat.
c. Kubus (Cubical)
Partikel berbentuk kubus
merupakan bentuk agregat hasil dari mesin pecah batu (crusher) yang mempunyai
bidang kontak yang lebih luas, berbentuk bidang rata sehingga memberikan
interlocking / saling mengunci yang lebih besar. Dengan demikian kestabilan
yang diperoleh lebih besar dan lebih tahan terhadap deformasi yang timbul.
Agregat berbentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan konstruksi perkerasan
jalan.
d. Pipih (Flaky)
Partikel agregat berbentuk pipih
dapat merupakan hasil dari mesin pemecah batu (crusher) ataupun memang
merupakan sifat dari agregat tersebut yang jika dipecahkan cenderung berbentuk
pipih. Agregat pipih yaitu agregat yang lebih tipis dari 0.6 kali diameter rata
– rata. Indeks kepipihan (flakiness index) adalah berat total agregat yang
lolos slot dibagi dengan berat total agregat yang tertahan pada ukuran nominal
tertentu.
Agregat berbentuk pipih mudah
pecah pada waktu pencampuran, pemadatan, ataupun akibat beban lalu lintas, oleh
karena itu banyaknyaagregat pipih ini dibatasi dengan menggunakan nilai indeks
kepipihan yang disyaratkan.
e. Tak Beraturan (Irregular)
Partikel agregat yang tidak
beraturan, tidak mengikuti salah satu yang disebutkan diatas.
(Silvia Sukirman, 2003)
Pada umumnya sifat – sifat dari
campuran aspal sebagian besar ditentukan dari jumlah relatif dari komponen –
komponen agregat sebagai berikut :
a. Fraksi agregat kasar, yaitu
agregat yang tertahan saringan No.8 (2,36 mm).
Agregat kasar berperan dalam
membentuk kinerja dari campuran aspal karena stabilitas dari campuran aspal
didapat dari interlocking antar agregatnya serta bentuk dan tekstur permukaan
agregat kasar.
b. Fraksi agregat halus, yaitu
agregat yang lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No.200 (0,075 mm).
Fungsi utama agrgat halus dalam
campuran aspal adalah untuk menahan stabilitas dan mengurangi terjadinya
deformasi permanen dengan cara saling mengunci dan saling gesek diantara
partikel agregat halus.
c. Fraksi bahan pengisi (filler),
yaitu agregat yang lolos saringan No.200 (0,075 mm).
Filler digunakan untuk mengisi
rongga diantara butiran halus dan untuk menambah kekuatan serta kekakuan
campuran aspal.
Terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya, jika berkenan silahkan tinggalkan komentar ConversionConversion EmoticonEmoticon